Diawal hari pertama, masuk sebagai mahasiswa baru. Menjalani hari-hari penuh penyesuaian orang-orang baru. Ini adalah awal aku meneruskan perjalanan menuju masa depan, tidak mudah memang. Tapi segala yang mudah hanya akan tampak biasa, sebab banyak orang yang bisa melakukan. Semangat pun tak pernah bisa stag dalam satu tempat, semangatku bisa melupakan apapun dan bisa menjatuhkanku sendiri. Aku yang tak pernah mengenal apa itu kekasih? apa itu cinta? aku buta tentang itu. Sedangkan masa-masa yang harus aku lalui ke depan penuh kerentanan mengenai hal-hal itu. Pernah memang menyukai sesosok wanita, ketika masa sekolah itu. Hanya saja aku bukan lelaki pemberani, apa lagi romantis. Berdiri di depan sosoknya 5 menit saja aq tidak bisa, apa lagi berbicara panjang lebar tentang hal-hal seperti itu. Aku menganggap semua itu ada waktunya sendiri, hanya saja aku masih terlalu awal tentang perasaan. Cukup melihat wanita yang ku suka setiap hari saja, waktu itu sudah membuatku tersenyum sendiri. Dan aku tidak butuh sesuatu yang lebih dari itu, ya.! Itu sudah cukup. Seiring waktu berganti, kekagumanku pada gadis itu pun memudar. Mungkin karna sudah terlalu lama, bosan, atau apa lah itu. Aku tak bisa menjelaskan.
Ini adalah masa-masa dimana aku memahami arti dewasa. Menata masa depan, seperti kebanyakan yang ingin di capai oleh anak muda seperiku. Hari demi hari pun ku jalani hingga kini sudah semester 2 aku mengikuti perkuliahan. Tidak ada sesuatu yang spesial memang, kecuali hari-hariku yang ditemani dengan tugas kuliah, buku, Kos, kantin, perpus. Hari ini adalah hari dimana kampusku melakukan OPSEK untuk penerimaan mahasiswa baru. Aku pun terlibat dalam kepanitian sebagai anggota pelaksana. Seperti biasa, teman-temanku sering mengajakku untuk berkeliling melihat para mahasiswa baru terutama yang perempuan. Sedikit pun aku tak memiliki tujuan untuk mencari gebetan atau pacar dalam event-event seperti ini, kecuali teman-temanku ini. Hingga pada suatu ketika, aku yang sedang duduk beristirahat di ruang sekertariat. Datang seorang mahasiswi baru menanyakan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Awalnya memang tampak biasa, tapi semakin sering aku bertemu dalam kegiatan seperti ada yang berbeda. Dia yang memulai dalam setiap percakapan denganku, aku pun menanggapinya dengan santai. Sedikit lelucon dari setiap perbincangan yang kita lakukan, menambah suasana menjadi tampak bersemangat. Tampak raut wajahnya pun tertawa riang, dengan penuh senyum.
Aku bukan tipe orang yang suka bicara banyak dengan perempuan. Dengan teman-temanku saja hanya sekedar, apa lagi dengan wanita yang dulu pernah aku suka. Yang jika aku mengingat, aku seperti orang dalam khayalan yang tak wajar. Tak ada gerakan tentang ketertarikanku terhadap sesuatu. Tapi untuk yang ini aku tidak bisa menjabarkan lebih dalam. Awal jumpa yang biasa, dalam setiap percakapan pun kita tampak saling nyaman. Hingga perkuliah hari pertama dimulai, aku tak tau apakah bisa mengulangi obrolan-obrolan itu lagi.
Sore itu tiba, aku menuju tempat parkir untuk mengambil sepeda motor. Dia datang tiba-tiba dari belakang menepuk pundakku, aku yang agak gagu awalnya. Tapi dengan sedikit obrolan aku sudah mulai bisa menguasai keadaan. :)
Kita pun bertukar nomor HP. Setiap malam kadang dia mulai mengirim sms, kadang juga aku yang lebih dulu. Tidak ada obrolan yang berarti memang, dalam pesan singkat yang hanya berisi lelucon-lelucon tentang obrolan-obrolan kita sebelumnya. Tanpa sadar, terkadang hingga sampai larut malam kita melakukan obrolan melalui telepon. Mengucapkan kata-kata selamat tidur, mengingatkan jam makan, hingga kadang-kadang kita pun pulang kuliah boncengan berdua.
Ini benar-benar hal baru. Aku tak bisa menjelaskan secara detail mengenai perasaanku kecuali tentang rasa nyaman, semangatku yang tak biasa, bangun lebih pagi walaupun tidur larut malam. Dan selalu berharap berjumpa dengannya setiap hari. :)
Dan sejak itu pun, teman-temanku sering mulai meledeki ku atas kedekatanku denganya. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk menyatakan perasaaanku kepadanya. Dan tanpa menunggu waktu, dia pun menyatakan hal yang sama.
Ya.! Tepat 2 Februari 20** kita memutuskan untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Menjalani hari-hari bersama, saling dukungan dan semangat. Ini seperti aku dalam dunia baru, dan aku bertekad untuk selalu membuatnya bahagia. :)
Tapi waktu tetap berjalan, menjalankan setiap pergantian musim. Begitu pula kisahku dengannya, yang mulai terasa berbeda. Akhir-akhir ini dia yang susah untuk dihubungi, sms yang jarang dibalas. Mungkin memang ketika itu dia sedang sibuk.
Aku jalani saja hari hari itu dengan kesibukanku sendiri. Dan aku perhatikan setelah beberapa hari, tidak ada kabar sedikit pun darinya. Aku mulai sms dan menelponya, hanya saja dibalas dengan balasan singkat seperti tak bersemangat jika aku ajak mengobrol. Aku putuskan untuk bertanya dengan teman dekatnya, tentang kegiatannya akhir-akhir ini. Dan ternyata benar, tepat seperti yang aku perkirakan. Dia kini memiliki kedekatan dengan mantan kekasihnya yang dulu. Oke lah, awalnya aku tak apa. Hanya saja tampak dari sikapnya yang sekarang tak peduli dengan hubungan kita berdua, aku pun selalu menanyakan untuk meminta penjelasan. Ketika itu juga dia meminta agar aku tidak menghubunginya lagi, kemudian malam harinya dia pun mengirim pesan singkat melalui sms bahwa dia tidak bisa menjalani hubungan ini lebih jauh. Hatiku serasa retak, pikiranku kosong hilang arah. Dan ternyata dia sudah menjalin hubungan lagi dengan mantan kekasihnya yang dulu. Aku hanya bisa pasrah, mencoba memahami kembali. Menjalani hari hari kosong, tanpa arah. Sungguh aku ingin secepat mungkin melupakan segala hal tentangnya, tapi tidak bisa. Hatiku serasa ingin selalu mengejar, menuntutku untuk mengembalikan ke keadaan seperti semula. Tapi pikiranku berkata lain. Ini membuatku seperti mengadu pikiran dan hati, dan aku berada di antara keduanya.
Dan setelah itu juga aku memutuskan mundur, dari keadaan-keadaan yang membuat hati dan pikiranku beradu. Meski itu tidak pernah bisa hilang, aku coba jalani sedikit demi sedikit berpindah arah. Hingga kemudian aku mampu berjalan seperti sediakala, tanpa memaksa waktu untuk melupakan kembali.
Dan setelah itu juga aku memutuskan mundur, dari keadaan-keadaan yang membuat hati dan pikiranku beradu. Meski itu tidak pernah bisa hilang, aku coba jalani sedikit demi sedikit berpindah arah. Hingga kemudian aku mampu berjalan seperti sediakala, tanpa memaksa waktu untuk melupakan kembali.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Kembali Melupakan Waktu di blog Kau Puisi jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.